Minggu, 11 Oktober 2009

things can be broken down


Things can be broken down.. Such blessing comes to few.. aku bercermin. Lalu kemudian tersentak. Aku mendapati diriku terluka, dahiku lecet, hidungku berdarah, pipiku lebam, dan bibirku robek. Aku bingung, lalu mencoba menggiring pikiranku ke masa lalu, oh bukan, tepatnya berusaha menggiring memoriku untuk mengingat-ingat apa yang aku alami hingga aku seperti ini.
Satu jam.. Dua jam.. Tiga jam..
Aku masih tetap berdiri di depan cermin dengan posisi tegak tepat dihadapan cermin yang mampu menampung bayangan seluruh tubuh mungilku. Tatapanku merayap, menelusuri setiap bayangan bagian tubuhku yang terpantul cermin. Aku mulai kasihan melihat bayangan itu, kini bukan hanya wajahnya saja yang terluka, tapi lengan, kaki, bahkan perutnya mulai mengeluarkan cairan kental berwarna merah bernama darah. Aku semakin bingung, dan itu membuatku semakin mematung dan tak juga beranjak. Aku bingung, bahkan memoriku sebagai manusia tak mampu mengingat-ingat. Tak mampu menelusuri setiap kejadian yang menyebabkanku terluka.
Aku bingung, aku kasihan pada bayangan itu, tapi aku sama sekali tak merasakan sakit sedikitpun, kugigit bibirku yang robek, kutekan-tekan bagian lebam di wajaku, aku tetap tak merasa sakit. Aku paksa. Aku paksa memoriku terbang, mengejar bayangan-bayangan yang sempat tak aku hiraukan. Aku mulai ingat…aku mulai tahu…
Aku terlalu senang waktu itu, aku berlari-lari sendirian, aku berlari sambil tertawa, menggaungkan kebahagiaanku, kurentangkan tanganku lebar-lebar membuatnya seolah menjadi sayap yang siap membawaku terbang, aku senang waktu itu, aku terlalu bahagia waktu itu..aku mau alam tahu bahwa aku bahagia..aku bahagia…aku terlalu bahagia.tapi lalu kemudian tiba-tiba bumi menjadi gelap, aku tak bisa meraba langkahku, akhirnya aku jatuh, terperosok, di tengah kebahagiaanku yang amat sangat, yang kupikir akan kurasakan sedikit lebih lama. Aku jatuh, terluka, namun, untungnya aku tidak merasakan sakitnya, kini, tugasku adalah mengobati luka yang tampak ini, agar tak membuat orang kasihan melihat ragaku. Aku tak mau orang tau bahwa aku baru saja terperosok kedalam jurang, aku mau orang tetap mendengar gaung bahagiaku.

*bukan sebuah karya baru, kutuangkan rentetan kalimat ini beberapa tahun lalu, dan kini, momen ini menyeruak kembali kehadapanku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar