Selasa, 04 November 2014

NOT EVEN A GOOD WAY TO SAY HELLO

"No one really cares about those things"


Pict From : Pinterest

Sepenggal lirik dari track berjudul “perfectionist”, salah satu track di album Landon Pigg itu cukup nyentil sana-sini. Satu tahun lebih gak blogging (yeah, situ blogger? :p). Mungkin gue ini bukan “Bla Bla Enthusiast” :p Karena dari kegiatan blogging yang gue lakuin gak ada konsistensi, gak ada ambisi berbagi, gak ada ada tujuan jelas. 

Tapi setelah sekian lama berkutat di social media dengan berbagai format, feature dan segala kekiniannya, kinda miss looooong and wide space for me to write down anything, everything. Ya memang beda fungsi sih. Tapi karena saking nyamannya berkutat di medium micro-blogging yang real time, gue mulai bosan dengan ke-real-time-annya. Haha.

Beberapa kali niat untuk mulai blogging muncul, tapi selalu kalah pamor sama pikiran-pikiran “ah ngapain sih, mending lakuin yang lebih berguna”“mau nulis ina ini itu, tapi takut dikira ina ini itu” – dsb – dsb – dsb. Lalu lama-lama gue berpikir.  When you want to do it, just do it. Ya walaupun gue ini maniac typo, gak menggunakan kerangka berpikir dan menulis yang bener, well, fuck it. Ya intinya, setelah kemarin-kemarin ini gue banyak ketakutan dan halangan plus keraguan untuk start 'blogging' again, ternyata gue memang butuh medium untuk menumpahkan beberapa atau sebagian dari isi kepala gue. Anggap aja kayak anjing yang harus disalurkan energinya dengan dibawa jalan atau lari supaya dia gak 'rusuh'. Anggap aja gak ada yang baca karena apparently"No one really cares about those and these things"


So here I am. Visiting a dusty page of old memories and hopefully, ready to write one.

Jumat, 05 April 2013

Berjalan Hingga Tigapagi (Oleh Angkuy)




oleh  : mencoba_menulis (Angkuy Bottlesmoker)

Sebuah venue kecil di Bandung pada tahun 2008 bernama Prefere 72 menjadi sejarah pertemuan Saya dengan Tigapagi. Malam itu adalah gig ke-4 Saya bersama Bottlesmoker dan kami berbagi panggung bersama mereka. Saya masih ingat bagaimana Sigit bermain guitar dan bernyanyi sambil sesekali menghisap rokok dan meminum kopi panas yang disimpan di meja kecil. Saya masih ingat bagaimana Sigit memainkan pematik api di senar-senar guitar-nya dan menghasilkan bebunyian slide guitar yang indah. Saya masih ingat bagaimana Eko dan Prima menciptakan atmosphere malam itu menjadi lebih tenang dan hangat. Saya masih ingat bagaimana Saya bereaksi terhadap musik yang mereka mainkan. Ada banyak unsur ketenangan dan kedamaian dari jutaan gelombang suara yang berhasil mereka ciptakan.

Pertemuan Saya dengan Tigapagi masih berlanjut di beberapa panggung, sudah mulai tercipta interaksi di belakang panggung, sesekali melakukan hal-hal gila bersama, bercanda, dan bertukar pikiran. Bahkan dalam beberapa kesempatan kami melakukan tur bersama di luar Kota Bandung, mengenalkan Saya terhadap Tigapagi menjadi lebih dekat. Saya mampu merasakan energi kreativitas mereka yang tidak terbendung, ide dan konsep yang dipikirkan sangat matang, hingga proses kreativitas yang sangat menginspirasi Saya.

Tigapagi mampu mengolah nada musik tradisi Sunda menjadi lebih popular di telinga Saya. Tigapagi berhasil memberikan Saya pengalaman baru dengan musik yang mereka ciptakan, banyak terapi yang Saya lakukan melalui rangsangan musik-nya, hingga jatuh cinta ketika dikenalkan dengan lagu Tangan Hampa Kaki Telanjang. Arus rasa cinta semakin kuat dengan diperkenalkannya lagu-lagu baru Tigapagi, hingga ketika Saya menulis footnote ini, Saya kembali merasakan kisah asmara baru dengan musik Tigapagi. Rasa cinta itu muncul dari single baru tahun 2013 yang berjudul Bailar. Saya begitu bahagia, setiap harinya dibawa jalan-jalan ke tempat yang romantis oleh Bailar. Pertama kali memutarkan Bailar, Saya mengenal betul suara yang bernyanyi di balik Bailar, Saya senang sosok perempuan yang Saya kagumi, Kartika Jahja bernyanyi di lagu ini. Pemilihan yang sangat berkelas bagi Saya.




Kartika Jahja di Bailar milik Tigapagi ini memiliki visual yang begitu seksi di kepala Saya. Bailar membawa Saya jauh menuju kota tua di Cuba, penuh dengan kontruksi Rumba dan Mambo. Alat tiup yang mendampingi nyanyian Kartika Jahja di akhir lagu mampu membangun jembatan di lagu ini untuk terus berputar mengelilingi konstruksi lainnya. Saya kagum dengan semua keindahan Bailar ini, hingga harus melawan diri untuk menyadari bahwa ini adalah Tigapagi yang sekarang, dan sebagai salah satu orang yang menikmati karya mereka sejak lama tentu saja Bailar ini merupakan karya yang outstanding. Bailar sangat luar biasa dan memiliki tatanan yang sangat tinggi bagi Saya. Senyuman bahagia muncul di lagu Bailar ini karena mampu menunjukkan proses kreativitas yang lebih panjang dan luas. Bailar ini adalah awal permulaan Saya untuk perjalanan baru bersama Tigapagi, sangat excited dan tidak sabar untuk melakukan perjalanan ini dengan mereka.


Nikmati Bailar di sini


Selasa, 11 September 2012

HAPPY WEDDING OH MY LOVEABLE FRIEND

marriage : never ending adjustment
Berbagi hidup dengan lawan jenis yang entah bagaimana jalannya akhirnya dipertemukan satu sama lain.

3 hari yang lalu sahabat saya tercinta, tersayang, terbesar, ter-Ndut lebih dulu mulai 'nyebur' dan berenang di bahtera 'rumah tangga'. Bahagia dan haru itu sulit dipisahkan. Sahabat  yang kurang lebih sudah 10 tahun bersama saya meski dengan intensitas bertemu yang segede upil, tapi pertemuan kami selalu menyenangkan.

Minggu, 9 September 2012

Keningmu dikecup mesra oleh bibir pria yang akan menjadi penjaga sekaligus imam-mu.
Kebaya putih menyempurnakan kecantikanmu yang tak terbantahkan
Kalian berdiri bersandingan, lalu kamu beberapa kali melemparkan senyum ke arah kami, dan kami membalasnya dengan 'jingkrakan'. HAHAHA. 

BERBAHAGIALAH! Karina Intan & Mark Aditya











kemungkinan dan ketepatan


hai, the bimbangers!

Orang yang bimbang itu justru bukan karena gak tau apa yang harus dilakukan. Tapi justru karena tahu dirinya bisa melakukan semua yang ditawarkan di daftar pilihan. Dikeliling orang-orang warm-hearted itu memang menyenangkan. Tapi menyebalkan karena justru yang cold-hearted dan spreads negativity itu ternyata diri kita sendiri.
Memang lebih sulit mengusir dan mengatur  'area' yang justru menjadi teritori kita sendiri ketimbang 'nyuekin' sesuatu yang diluar. Kadang-kadang kepalang tanggung, tapi kebanyakan ya bodo amat.

Seperti beberapa hari lalu, sempat terlintas satu asumsi, yang mana asumsi adalah asumsi. realitas yang kita ciptakan sendiri dan hanya hidup dalam cakupan diri. seringkali skala prioritas itu justru jadi backfire. Karena ternyata yang paling penting adalah ketepatan dalam mengambil keputusan in term of waktu. Hari ini bagus, besok belum tentu. detik ini pas, detik selanjutnya BUMM!
well, that's life.

Senin, 23 April 2012

tentang sepatah dua-patah kata yang miskin rasa


Ada beberapa hal yang sepertinya 'harus' kita lakukan, tanpa ada satu orangpun yang meminta.

Ego adalah perkara menabur duri yang lalu tanpa-sengaja-seringkali terinjak sendiri.
Obsesi adalah perkara memilah rasionalisasi dari mimpi dan mimpi itu sendiri.
Karma adalah perkara jurang pemisah antara hidup yang 'sedang' menyenangkan dan yang 'sedang' tidak menyenangkan. Roda berputar, Tuan, Nona.
Penyesalan adalah perkara nilai yang kita ingkari dengan kesadaran penuh.
Mimpi adalah perkara harapan yang beranak pinak, meliuk masuk alam bawah sadar dan mengarahkan pikiran pada satu kondisi.

Jadi, beban hidup itu banyak. Bukan hanya pekerjaan, deadline, pertengkaran sesekali dengan pacar, adu mulut dengan teman, beradu argumen dengan atasan, atau tagihan yang belum mampu kita lunasi. Beban hidup kita seringkali dipengaruhi beban hidup orang lain (yang semestinya tidak)

Tapi bukanlah kita diminta untuk belajar toleransi sedari kecil? bahkan toleransi berkali kali bertengger dalam kurikulum belajar mengajar, pun tenggang rasa, tepa salira.

Buktinya menjadi putih bagi si hitam masih saja kita lakoni, menjadi kasar bagi si lembut seperti memang begitu adanya.

Begitulah betapa memang 'abaikan saja mulut-mulut yang mengkerdilkan kamu' harus dijalani. Karena monster monster berbalut pakaian putih lengkap dengan sayap sayap malaikatnya tidak akan pernah memutus lakonnya.
 




Kamis, 29 Maret 2012

Graha Aulia Mahisa

 Selamat menikmati senja, Graha :)

Graha Aulia Mahisa
Segagah gedung tertinggi seantero Jakarta. Sosok yang demanding namun intuitif. Sosok yang bulat dan persegi sekaligus. Dia bisa sangat fleksibel. Tapi juga bisa menyikut apapun yang menurutnya tidak sahih.

Pernah sekali waktu Graha menuliskan satu bait lirik "jangan berbicara tentang hembusan kalau kamu tidak tahu bagaimana cara mengukurnya" entah apa maksudnya.

Suka berlarian, lompat sana-sini. Menjelajahi sudut-sudut atraktif diam-diam. Mengurutkan prediksinya. Memagari kepercayaannya. Mengimani langkahnya. Dan tersenyum pada hidupnya.

Tapi Graha seringkali menolak uluran tangan yang tak dikenalnya. Graha menyimpan sedikit ragu pada rangkaian hidup diluar dirinya. Seringkali menerka-nerka dan berakhir pada kesimpulan yang misterius. Seringkali mengikat kakinya sendiri. Ia lupa kalau langkahnya begitu gagah.

Segurat optimisme akan selalu mengambil alih. Ia lalu akan berlari dan membesar seiring bergantinya jenis-jenis buah yang dijajakkan penjual di pinggir jalan. Ia akan pecah dan menelurkan berbagai keindahan. Graha yang sejati. Membulat dan membal.

santai, tapi bukan di pantai

Kangen itu bukan hanya milik pacar. Kangen itu milik apapun yang 'sedang tidak kita miliki' baik secara lahiriyah maupun batiniyah. Tsah!

Kangen menulis kacau. Pemenggalan kata yang berantakan, penggunaan preposisi yang kurang tepat,kesalahan penulisan alias typo, menggunakan imbuhan yang sakarepmu, atau menelurkan cerita busuk dengan sedikit nuansa romantisme anak ingusan.

Kangen beryanyi sengau. Mengejar nada yang tak terkejar. Menyanyikan lagu 'bule' dengan pronunciations yang sampah. Memilih lagu yang tidak komersil sama sekali-hingga terlampau komersil. Menggoyangkan badan untuk menutup kegoblogan saat menyanyi.

Kangen beradu mulut dengan tong yang kosong. melempar topik yang tidak lebih menarik dari lagu sikasik. Memberi respon sangeunahna. Asal jeplak. Mengambil kesimpulan yang tidak dini namun diluar prediksi.
Hari gini, manusia sudah ter-benda-mati-kan. Belakangan orang-orang kok mulai ter-digital-kan. Hahaha. Emboh, bingung kalimat yang tepat untuk menggambarkan 'ini'.

Jadi gini, pengen ngomong 'heran sama orang-orang yang bla bla bla' atau gini 'idih, kok bla bla bla sih. Kemana aja' dan lalu saya teringat bahwa ada alay di atas alay. Di saat kita mengarahkan telunjuk ke arah orang lain. Di sisi lain. Bagian dunia lain. Ada orang yang juga sedang mengarahkan telunjuknya ke arah kita.

So I chose to blow some "bebaskeun we lur" bubble all over the world. Tenggang rasa, tepa salira, yang kita pelajari dari SD sampai kuliah yang ternyata cuma tersisa di kurikulum.  Semoga aja segala kemudahan yang ditawarkan dunia bagi generasi sekarang tidak membuat saya lupa diri,. Ya. Untuk beberapa kasus, hal 'menyebalkan' emang jangan dimasukkin ke hati. Selipin aja di ketek. Biar mati keaseman. Karena untuk menjadi benar, tidak perlu mengatakan yang lain salah. Hidup itu terlampau enjoyable untuk dikotak-kotakkan.

Salam asolole!

Jakarta, 29 Maret Tahun sekian.