Senin, 15 Maret 2010

Dari lego, air, hingga underestimate

random. itu adalah kata yang belakangan sering keluar dari mulut saya, dari tuts keyboard yang saya tekan, dari otak dan hari saya. saya kesulitan menyusun segala sesuatu secara komprehensif. saya punya ikatan terlalu lekat dengan kata random. saya baca ulang setiap tulisan saya, di blog, tumblr maupun twitter. semuanya menunjukan ke-random-an saya.

ibarat lego. apa yang ada dalam susuanan syaraf otak saya masih berserakan. bererakan di keranjang mainan yang belum tersentuh sama sekali. dilirik mungkin, tapi belum terpikir mau diapakan sekarung lego ini. mau dibiarkan berantakan dan hanya menjadi potongan-potongan lego? atau mau dibentuk menjadi sebuah benda yang bahkan tak terbayangkan?

ibarat air (ibarat mulu, bodo ahh..), saya ini hanya mengikuti setiap celah yang mampu dialiri air. tidak, tidak, ahh salah, ini salah. saya tarik kembali ibarat yang ini. saya baru saja berpikir, biarkan hidup seperti air mengalir? ahhh, no. big NO. why? karena air mengalir dari dataran tinggi menuju setiap muara yang pasti berada di datara rendah. saya tidak sampai hati membiarkan hidup saya terus mengalir ke arah yang lebih rendah. kata rendah hanya akan bermakna bagus jika disandingkan dengan hati, menjadi RENDAH HATI. tapi jika disandingan dengan diri? lalu menjadi RENDAH DIRI? no good. butut kalo kata orang sunda. rendah diri adalah fase yang saya jamin tidak enak. rendah diri dapat menyebabkan putus asa akut. dan krisis kepercayaan diri yang kronis.

ini dia yang susah. manusia itu memang makluk sosial. manusia hanya akan egois dalam diri mereka sendiri. ketika bersinggungan dengan manusia lain, dijamin egoisme itu akan sedikit luntur kadarnya. jika seseorang dari gerak-geriknya saja sudah kelihatan egois, apalagi dalam otak dan pikirannya. saya jamin anda akan menemukan keegoisan yang mega besar. tapi manusia juga memiliki fitrah. human being. salah satunya adalah egois itu sendiri. ahh kenapa jadi bahas egois begini sih. haha. lagi-lagi, random kan? tidak komprehensif. tidak terstruktur.

ditengah ke-random-an saya yang terlahir dari sebuah fase yang berkonotasi buruk, yaitu keterpurukan (maaf agak lebay) saya mampu merasakan apa yang kebanyakan orang rasakan. bahwa dianggap nothing, nobody itu sungguh bukan pilihan. and lesson learned, bahwa diatas langit masih ada langit. dan banyak orang yang lupa maknanya saya mendadak gerah dengan predikat yang orang berikan kepada beberapa orang, beberapa kelompok. kemampuan berpikir, kreatifitas dan kejelian adalah anugerah tapi banyak orang menggunakan itu sebagai harga. bahwa mereka mahal, mereka lebih. dan saya gerah. saya gerah dengan orang yang 'itu sih gw tau' atau 'gw lebih dulu tahu'. ingat, tanpa disadari, sikap itu lebih tajam daripada perkataan, terkadang. lebih dihargai menurut saya lebih penting daripada diakui, diakui mampu, diakui cerdas diakui berbakat, itu semua hambar tanpa ada yang menghargai. dan dihargai dan diakui adalah perkara berbeda. yaa, saya memang tidak memiliki bakat atau talenta luar biasa di salah satu bidang. dan siapa-sih-yang-tidak-gerah di-underestimate orang? tapi tenang, lagi-lagi lesson learned. bahwa yang terpenting adalah berdamai dengan diri sendiri.

saya ingin cerdas, ingin berbakat. bukan dalam suatu bidang, tapi dalam memandang hidup. saya pernah menulis ini di notes facebook saya, bahwa untuk menjadi jago itu hanya perlu belajar. ingin jadi seorang aktris atau aktor yang mampu memainkan peran sulit? anda tinggal berlatih.,sudah banyak didirikan sekolah acting ingin menjadi seorang penyanyi? anda tinggal berlatih dan belajar teknisnya. ingin menjadi penulis? anda tinggal rajin membaca dan berlatih menyusun kata menjadi kalimat yang indah dan biarkan imajinasi dan pengetahuan menjadi satu. ingin menjadi koki? rajin-rajinlah membaca buku resep dan tentunya memasak. dan tidak ada yang tidak mungkin, sulit mungkin iya, karena kapasitas orang berbeda, tapi sekali lagi, tidak ada yang tidak mungkin. tapi ketika ingin menjadi orang yang cerdas memandang hidup? tidak ada resepnya, tidak ada metode berlatihnya, tidak ada sekolahnya. kita hanya harus menjalani hidup itu sendiri. dan satu lagi. bersyukur. bersyukurlah bahwa kita masih bisa bersyukur.


Never underestimate the capacity of another human being to have exactly the same shortcomings you have.
-leigh steinberg-

4 komentar:

  1. ini random thoughts that being affected by all you've been through or certain thing is happening lately? hehehee... and yes, I do agree with the idea (your idea) in this composition.

    BalasHapus
  2. Sekarang gw jg lagi merasakan hal itu kok. Semuanya lagi random banget. Dan yes, gw sedang mengalami keterpurukan kepercayaan diri dalam intelektualitas.
    Shit, they dropped me! They as what we call as the faculty!

    BalasHapus
  3. "kemampuan berpikir, kreatifitas dan kejelian adalah anugerah tapi banyak orang menggunakan itu sebagai harga"

    uh, ya. :| hehhe.
    anw geeeb, lo kan berbakat di bidang entertainment dan berhubung2an dengan klien2 gitu. jadikan itu modal! :) :) :) kl gw suka mikir ya, hmm, mungkin, yang mengunderestimate itu hanya ingin menghibur diri mereka dengan bikin kita merasa terintimdasi. so, just prove it. that you can! :) nggak ada bidang yg paling oke dibanding yang lain, yang penting seserius apa kita di bidang itu :)

    BalasHapus
  4. kania : lemme think, hmm tentunya affected by all i've been through. ahh ga tau kan, lagi-lagi random.haha

    jilo : yeah, fase jil, gw rasa. tapi honestly, buat gw fase ini terlalu berkepanjang. mau bangun tapi kok ya susah. haha. at least gw mulai membuat to do list skr2 ini walopun banyak yang belom terealisasi.

    annel : ahh annel, i do agree with your words. iya memang, kita memang hanya harus prove that we can, and i'm on my way to prove it to myself. kalo orang mah bodo amat ahh. haha.

    eniwei, makasih looohh komen2nya :)

    BalasHapus