Selasa, 27 September 2011

ada masa ada kala

A : Berapa lama kamu mengenalku?

B: Kurang lebih Lima tahun, 5 years 2 months to be exact. Waktu itu kamu menggunakan kaos oblong bertuliskan I LOVE NEW YORK dengan aksen sulur di bagian bawah. Seleramu aneh, dan kamu bilang itu unik. Haha.

A: haha, you have no idea where I got that shirt, waktu di phuket aku ketemu bule asal New York, he asked me, have I been to New York? dan aku jawab 'belum' then he gave me that shirt. Dan kaos itu jadi kaos favoritku, pertama karena warnanya kuning, kamu tau itu warna kesukaanku, kedua karna aksen sulur itu menarik perhatianku, sulurnya gak keputus dari ujung kanan sampai ke kiri. indah.

Lalu, kenapa kamu akhirnya memilih bertanya padaku di tengah ratusan manusia lain hari itu, kamu bisa saja bertanya pada Syra yang saat itu tepat di sampingku?

B: karena kamu mengenakan kaos berwarna kuning sementara yang lain mengikuti aturan pendaftaran, mengenakan kaos polos putih. Warna kuningmu itu mengganggu pandangan sekaligus menarik perhatianku. Dengan tanpa sadar, aku berjalan ke aramu, bertanya “kalau lupa bawa foto, masih bisa daftar gak ya?” haha. Seharusnya aku bertanya pada panitia.

A: dan, dengan baik hati aku membantumu menanyakan hal itu pada panitia.

B: Ya, kamu baik. Kamu seperti warna kuning. Ekspresif, mencerminkan kebahagian dan optimisme. Dan kamu membawaku pada biru. Penyuka biru sangat imajinatif, dan kamu selalu berhasil mengundang imajinasiku.

A: tapi aku kehilangan unsur kuning dalam diriku. Sementara kamu semakin biru. Ini tak adil.

B: sudahlah. Kita tidak sedang mengukur kadar warna dalam larutan. Kita sedang memandang dua buah jam dinding. Ah, sekarang giliranku bertanya. Kenapa kamu memajang dua buah jam dinding yang bentuknya hamper sama di ruangan ini?

A: yang biru, itu melambangkan kamu, tentu saja, dan kamu sadar akan itu. Yang putih, well, I have no idea, I just picked it up somewhere and put it on my wall. Sengaja kupajang keduanya dengan settingan waktu yang sedikit berbeda. Yang putih sengaja kusetel 10 menit lembih lambat daripada yang biru

B: Kenapa? Dan maaf jika aku menanyakan hal ini, baru kali ini aku diperbolehkan masuk ke kamarmu, setelah 5 tahun lamanya.

A: yang biru itu, adalah kamu dan waktumu, sementara yang putih adalah waktuku, jika aku belum mampu menyamakan posisi denganmu, aku masih punya waktu 10 menit untuk mempersiapkan diri. Curang, memang. Kadang, ketika kamu telat menjemputku, aku menyalahkanmu dengan berdasar pada waktu yang aku lihat pada jam biru. Namun ketika aku akan menemuimu, aku akan pergi jika jam putih sudah menunjukkan waktunya. Aku tak suka menunggu kamu. Menyedihkan. Aku tak pernah mau sekalipun menunggu kamu. Aku mau kamu ada ketika memang seharusnya kamu ada.

B: kamu….. mori, kita tidak sedang berkompetisi, kamu tidak bisa selalu menang, begitu juga aku, dan kita tidak sedang berbicara tentang –MAU-atau-TIDAK- . kamu tau apa maksud kedatanganku.

A: Ya, dan bisakah kita tidak membahasnya? Biarkan saja aku dengan asumsiku yang mungkin jauh dari presisi. Dan kamu, bisakah kamu menunggu sampai aku tertidur? Setelah itu kamu bisa kembali. Tapi tolong tunggu aku sampai lelap. Aku tidak suka menunggu kamu, apalagi melihatmu pergi.

B: Mori, maaf. Ada hal-hal yang memang harus kamu tunggu, entah sampai kapan dan ada hal-hal yang tidak bisa kamu hindari, dan kamu tidak bisa terus menghindar. Sadarkah kamu bahwa hitam telah merenggut kuningmu perlahan? dan, kurasa sudah saatnya aku pergi, dan sudah saatnya kamu...... melihatku pergi.

Mori, bergeraklah. lewati. kamu bukan tak mampu, kamu tak mau. itu pilihan kamu, dan ini pilihanku. kamu tau aku tak mungkin meninggalkan Raina, Ia tak bersalah, begitupun Raka yang baru saja hadir ke dunia. kamu tau ini tanggung jawab yang kupilih. bukan karena aku mau, tapi dari sekian banyak pilihan, ini adalah hal terbaik yang mampu kulakukan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar