Sebuah venue kecil
di Bandung pada tahun 2008 bernama Prefere 72 menjadi sejarah pertemuan Saya
dengan Tigapagi. Malam itu adalah gig ke-4 Saya bersama Bottlesmoker dan
kami berbagi panggung bersama mereka. Saya masih ingat bagaimana Sigit bermain
guitar dan bernyanyi sambil sesekali menghisap rokok dan meminum kopi panas
yang disimpan di meja kecil. Saya masih ingat bagaimana Sigit memainkan pematik
api di senar-senar guitar-nya dan menghasilkan bebunyian slide guitar yang
indah. Saya masih ingat bagaimana Eko dan Prima menciptakan atmosphere malam
itu menjadi lebih tenang dan hangat. Saya masih ingat bagaimana Saya bereaksi
terhadap musik yang mereka mainkan. Ada
banyak unsur ketenangan dan kedamaian dari jutaan gelombang suara yang berhasil
mereka ciptakan.
Pertemuan Saya dengan
Tigapagi masih berlanjut di beberapa panggung, sudah mulai tercipta interaksi
di belakang panggung, sesekali melakukan hal-hal gila bersama, bercanda, dan
bertukar pikiran. Bahkan dalam beberapa kesempatan kami melakukan tur bersama
di luar Kota Bandung, mengenalkan
Saya terhadap Tigapagi menjadi lebih dekat. Saya mampu merasakan energi
kreativitas mereka yang tidak terbendung, ide dan konsep yang dipikirkan sangat
matang, hingga proses kreativitas yang sangat menginspirasi Saya.
Tigapagi mampu mengolah
nada musik tradisi Sunda menjadi lebih popular di telinga Saya. Tigapagi
berhasil memberikan Saya pengalaman baru dengan musik yang mereka ciptakan, banyak terapi yang
Saya lakukan melalui rangsangan musik-nya,
hingga jatuh cinta ketika dikenalkan dengan lagu Tangan Hampa Kaki Telanjang.
Arus rasa cinta semakin kuat dengan diperkenalkannya lagu-lagu baru Tigapagi,
hingga ketika Saya menulis footnote ini, Saya kembali merasakan kisah
asmara baru dengan musik Tigapagi. Rasa cinta itu muncul dari single
baru tahun 2013 yang berjudul Bailar. Saya begitu bahagia, setiap harinya
dibawa jalan-jalan ke tempat yang romantis oleh Bailar. Pertama kali memutarkan
Bailar, Saya mengenal betul suara yang bernyanyi di balik Bailar, Saya senang
sosok perempuan yang Saya kagumi, Kartika Jahja bernyanyi di lagu ini.
Pemilihan yang sangat berkelas bagi Saya.
Kartika Jahja di Bailar
milik Tigapagi ini memiliki visual yang begitu seksi di kepala Saya. Bailar
membawa Saya jauh menuju kota tua di Cuba, penuh dengan kontruksi Rumba dan Mambo. Alat tiup yang mendampingi nyanyian Kartika Jahja di
akhir lagu mampu membangun jembatan di lagu ini untuk terus berputar
mengelilingi konstruksi lainnya. Saya kagum dengan semua keindahan Bailar ini,
hingga harus melawan diri untuk menyadari bahwa ini adalah Tigapagi yang
sekarang, dan sebagai salah satu orang yang menikmati karya mereka sejak lama tentu
saja Bailar ini merupakan karya yang outstanding. Bailar sangat luar biasa dan
memiliki tatanan yang sangat tinggi bagi Saya. Senyuman bahagia muncul di lagu
Bailar ini karena mampu menunjukkan proses kreativitas yang lebih panjang dan
luas. Bailar ini adalah awal permulaan Saya untuk perjalanan baru bersama
Tigapagi, sangat excited dan tidak sabar untuk melakukan perjalanan ini
dengan mereka.
Nikmati Bailar di sini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar