Jumat, 05 April 2013

Berjalan Hingga Tigapagi (Oleh Angkuy)




oleh  : mencoba_menulis (Angkuy Bottlesmoker)

Sebuah venue kecil di Bandung pada tahun 2008 bernama Prefere 72 menjadi sejarah pertemuan Saya dengan Tigapagi. Malam itu adalah gig ke-4 Saya bersama Bottlesmoker dan kami berbagi panggung bersama mereka. Saya masih ingat bagaimana Sigit bermain guitar dan bernyanyi sambil sesekali menghisap rokok dan meminum kopi panas yang disimpan di meja kecil. Saya masih ingat bagaimana Sigit memainkan pematik api di senar-senar guitar-nya dan menghasilkan bebunyian slide guitar yang indah. Saya masih ingat bagaimana Eko dan Prima menciptakan atmosphere malam itu menjadi lebih tenang dan hangat. Saya masih ingat bagaimana Saya bereaksi terhadap musik yang mereka mainkan. Ada banyak unsur ketenangan dan kedamaian dari jutaan gelombang suara yang berhasil mereka ciptakan.

Pertemuan Saya dengan Tigapagi masih berlanjut di beberapa panggung, sudah mulai tercipta interaksi di belakang panggung, sesekali melakukan hal-hal gila bersama, bercanda, dan bertukar pikiran. Bahkan dalam beberapa kesempatan kami melakukan tur bersama di luar Kota Bandung, mengenalkan Saya terhadap Tigapagi menjadi lebih dekat. Saya mampu merasakan energi kreativitas mereka yang tidak terbendung, ide dan konsep yang dipikirkan sangat matang, hingga proses kreativitas yang sangat menginspirasi Saya.

Tigapagi mampu mengolah nada musik tradisi Sunda menjadi lebih popular di telinga Saya. Tigapagi berhasil memberikan Saya pengalaman baru dengan musik yang mereka ciptakan, banyak terapi yang Saya lakukan melalui rangsangan musik-nya, hingga jatuh cinta ketika dikenalkan dengan lagu Tangan Hampa Kaki Telanjang. Arus rasa cinta semakin kuat dengan diperkenalkannya lagu-lagu baru Tigapagi, hingga ketika Saya menulis footnote ini, Saya kembali merasakan kisah asmara baru dengan musik Tigapagi. Rasa cinta itu muncul dari single baru tahun 2013 yang berjudul Bailar. Saya begitu bahagia, setiap harinya dibawa jalan-jalan ke tempat yang romantis oleh Bailar. Pertama kali memutarkan Bailar, Saya mengenal betul suara yang bernyanyi di balik Bailar, Saya senang sosok perempuan yang Saya kagumi, Kartika Jahja bernyanyi di lagu ini. Pemilihan yang sangat berkelas bagi Saya.




Kartika Jahja di Bailar milik Tigapagi ini memiliki visual yang begitu seksi di kepala Saya. Bailar membawa Saya jauh menuju kota tua di Cuba, penuh dengan kontruksi Rumba dan Mambo. Alat tiup yang mendampingi nyanyian Kartika Jahja di akhir lagu mampu membangun jembatan di lagu ini untuk terus berputar mengelilingi konstruksi lainnya. Saya kagum dengan semua keindahan Bailar ini, hingga harus melawan diri untuk menyadari bahwa ini adalah Tigapagi yang sekarang, dan sebagai salah satu orang yang menikmati karya mereka sejak lama tentu saja Bailar ini merupakan karya yang outstanding. Bailar sangat luar biasa dan memiliki tatanan yang sangat tinggi bagi Saya. Senyuman bahagia muncul di lagu Bailar ini karena mampu menunjukkan proses kreativitas yang lebih panjang dan luas. Bailar ini adalah awal permulaan Saya untuk perjalanan baru bersama Tigapagi, sangat excited dan tidak sabar untuk melakukan perjalanan ini dengan mereka.


Nikmati Bailar di sini


Tidak ada komentar:

Posting Komentar