Rabu, 18 Agustus 2010

AJAL


menjelang ajal kita mengerang. menerjang segala upaya. tapi ajal akan selalu datang.
celakalah bagi mereka yang tak mau mati. haha, siapa pula manusia yang mau mati. bahkan pelacur tua yang tak lagi laku tak mau memilih mati. sekalipun mencoba bunuh diri, manusia tak pernah benar-benar ingin mati. yang mereka mau adalah lari. tapi selama kaki masih menginjak bumi, maka rusuh dan kisruh akan selalu menghampiri, beberapa memilih lari dengan cara mati. sayang mereka yang memilih lari tak menyadari, bahwa mati bukanlah pilihan, tapi harga mati yang harus ditebus oleh siapapun yang telah lahir baik diinginkan maupun tak diharapkan. mati adalah perubahan. dimana zat kita hidup didunia yang berbeda. surga atau neraka mari tak usah kita bicarakan, karena sesungguhnyaa surga dan neraka ada dimana-mana, tak perlu menunggu mati. kebaikan dan keburukan bersanding manis layaknya pengantin yang saling mencinta dan tak mampu dipisahkan. tak usahlah berdebat mengenai baik buruk dengan orang lain. tanya hati sendiri, ketika hati tentram maka baiklah sesungguhnya yang kita lakukan.

mari tak usah takut pada ajal, karena yang lebih mengerikan dari berhentinya detak jantung adalah raga yang sehat tapi jiwa terlanjur mati dibunuh sendiri. jiwa yang melayang entah ke ujung mana lebih mengerikan dari tubuh yang tergeletak tak berdaya. bukankah tubuh hanya media kita hidup? sebuah medium dimana jiwa kita 'numpang' selama menginjak bumi. toh ketika kita mati bukan tubuh kita yang dikenang. tapi perangai dan segala memori yang ada di dalam jiwa-jiwa lain yang bersanding selaras menajalani hidup dengan kita.

sang alkemis berlomba menemukan ramuan hidup. ramuan yang mampu membuat seseorang panjang umur dan kekal. tapi adakah kekal itu? bahkan kebaikan tak lagi kekal ketika kebaikan itu menyakiti yang lainnya. maka tak adalah kekal di dunia ini. cintailah jiwa, bukan raga. karena jiwalah yang membuat raga hidup. dan ketika raga mati, sesungguhnya jiwa masih mampu mencintai.

4 komentar:

  1. karena ajal kita berusaha untuk lebih menikmati dan memnbuat hidup bahagia sehingga kita bisa bahagia setelah ajal menimpa kita :)

    BalasHapus
  2. yup. betul.
    trimakasih sudah mampir

    BalasHapus
  3. Konon, seringan-ringan ajal serasa dikuliti seribu kali... mungkin itu salah satu yg bikin banyak orang enggan mati. Soal mencintai jiwa, mari sama-sama belajar.. mumpung masih bulan puasa heee, maaf lahir batin ya geb.

    Tabik buat Bu Geboy

    BalasHapus
  4. eh ada abah. iya bah, mati mana ada yg enak. makanya mending idup aja ya :p

    manusia enggan mati sekalipun hidupnya tak hidup, sebegitu menyeramkannya kematian bagi manusia.

    sama-sama abah. maaf lahir batin juga yaa

    BalasHapus