Segala yang ada bisa menjadi tidak ada dalam hitungan detik.
i lost my grandma and uncle last month. Kania lost her Oma too.
Selagi kecil, umur belasan, kehilangan yang paling berat dalam perhitungan kita adalah kehilangan pacar atau sahabat karena sebuah perdebatan atau perbedaan.
waktu Kania kasih kabar kalau Oma-nya meninggal i was on a bus. Bisa dibayangkan kan, di dalam bus, malam hari with iPod shuffling hundreds songs, then the resahness came along.
Semakin gemuk angka yang menunjukkan umur. maka semakin sering kita dealing dengan kehilangan.
tentu kehilangan dalam berbagai konsep dan konteks.
Ditinggal sahabat, kehilangan partner kerja, ditinggal mantan nikah (eh), kehilangan nenek atau kakek karena umurnya yang sudah renta, kehilangan saudara karena beberapa penyakit fatal, kehilangan kesempatan besar karena sebuah hal yang prinsipal, kehilangan pekerjaan karena berbagai pertimbangan, dan kehilangan-kehilangan lainnya, you name it.
coba tanya, apa kehilangan terbesarmu?
terbesar saat ini, bisa jadi yang paling piyik di kemudian hari.
don't count, face it !
( image : loveyourchaos )
Masih inget ga ujaran gw pas lo kabarin nenek lo meninggal?
BalasHapusGw lupa kalimat persisnya, intinya adalah "serem ya geb ngeliat satu per satu orang yg kita tahu pergi," trus lo suruh gw diem gara2 kalimat itu serem. Hahahhaa..
Well, nowness is very very precious in every single tiny way..
To be honest, gw takut fase ini lewat, sama seperti sekarang kita selalu merindukan fase kuliah. Ah ya...time runs.
yes. indeed.
BalasHapusemang serem sih. i wonder where life will bring us.
time runs and reality bites.
injek aja deh tanah yang dipijak sekarang. hehe.