Kamis, 29 Maret 2012

santai, tapi bukan di pantai

Kangen itu bukan hanya milik pacar. Kangen itu milik apapun yang 'sedang tidak kita miliki' baik secara lahiriyah maupun batiniyah. Tsah!

Kangen menulis kacau. Pemenggalan kata yang berantakan, penggunaan preposisi yang kurang tepat,kesalahan penulisan alias typo, menggunakan imbuhan yang sakarepmu, atau menelurkan cerita busuk dengan sedikit nuansa romantisme anak ingusan.

Kangen beryanyi sengau. Mengejar nada yang tak terkejar. Menyanyikan lagu 'bule' dengan pronunciations yang sampah. Memilih lagu yang tidak komersil sama sekali-hingga terlampau komersil. Menggoyangkan badan untuk menutup kegoblogan saat menyanyi.

Kangen beradu mulut dengan tong yang kosong. melempar topik yang tidak lebih menarik dari lagu sikasik. Memberi respon sangeunahna. Asal jeplak. Mengambil kesimpulan yang tidak dini namun diluar prediksi.
Hari gini, manusia sudah ter-benda-mati-kan. Belakangan orang-orang kok mulai ter-digital-kan. Hahaha. Emboh, bingung kalimat yang tepat untuk menggambarkan 'ini'.

Jadi gini, pengen ngomong 'heran sama orang-orang yang bla bla bla' atau gini 'idih, kok bla bla bla sih. Kemana aja' dan lalu saya teringat bahwa ada alay di atas alay. Di saat kita mengarahkan telunjuk ke arah orang lain. Di sisi lain. Bagian dunia lain. Ada orang yang juga sedang mengarahkan telunjuknya ke arah kita.

So I chose to blow some "bebaskeun we lur" bubble all over the world. Tenggang rasa, tepa salira, yang kita pelajari dari SD sampai kuliah yang ternyata cuma tersisa di kurikulum.  Semoga aja segala kemudahan yang ditawarkan dunia bagi generasi sekarang tidak membuat saya lupa diri,. Ya. Untuk beberapa kasus, hal 'menyebalkan' emang jangan dimasukkin ke hati. Selipin aja di ketek. Biar mati keaseman. Karena untuk menjadi benar, tidak perlu mengatakan yang lain salah. Hidup itu terlampau enjoyable untuk dikotak-kotakkan.

Salam asolole!

Jakarta, 29 Maret Tahun sekian. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar