Bumi hampir lelah manampung kita semua. Begitupun manusia. Manusia kini mulai lelah menjadi manusia. Manusia kehilangan akal yang membuat mereka serupa dengan binatang. Manusia kini ingin serba instan, ingin serupa dengan tekhnologi perpanjangan indera yang bahkan mereka sendiri yang membuat.
Komunikasi menjadi hal berat masa ini. Terikat banyak hal. Komunikasi bukan lagi proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan. Komunikasi telah terinstitusi. Komunikasi telah bahkan telah menjadi komoditi. Setidaknya dalam pandangan saya.
Ahh.. Ini hanya random thought. Sebut saja begitu. Manusia begitu dahsyat. Berbagai tekhnologi perpanjangan indera lahir dr tangan manusia. Manusia begitu cerdas. Melahirkan banyak kemudahan. Tapi kenapa belum semua cerdas menggunakannya? ah kalo pertanyaan yg satu ini terlampau kompleks untuk dibahas. Rasanya tujuan tekhnologi dibuat sebagai perpanjangan indera telah bergeser maknanya. Teknhologi tak lagi bermakna kemudahan, tapi sebuah prestige, sebuah kepopuleran, sebuah keharusan, tak lagi berbasis pada kebutuhan.
Yaa.. Memang, tidak semua manusia yang saya sebut disini. Beberapa golongan yang setidaknya masuk pada pengamatan saya sebagai orang awam.
Ya sebut saja cliche, perkembangan dan perubahan (yg didalamnya termasuk tekhnologi) memiliki dua mata pisau. Tapi memang begitu adanya. Bagi saya gunakanlah hati untuk memilih. Tanyakan pada diri, apa yang sebenarnya saya butuhkan. Tidak saya pungkiri, saya sebagai pengguna tekhnologi baik itu tekhnologi komunikasi dan tekhnologi lainnya saya pun masih sangat tidak efektif memilih tekhnologi. tekhnologi komunikasi misalnya, saya ambil contoh blackberry, iya, di satu sisi memang itu adalah tren yang berkembang di masyarakat indonesia masa ini, tapi di satu sisi saya merasa itu adalah kebutuhan, dimana intensitas saya terhubung dengan layanan internet sangat sering. tapi... ada tapinya, dengan adanya benda satu itu, saya harus menyisihkan uang saya lebih untuk dapat menikmati fasilitas layanan blackberry internet service. saya mengeluarkan uang, dan saya memenuhi kebutuhan. poin yang ingin saya sampaikan adalah, ketika kita ada atau terjebak dalam sebuah perkembangan besar maka bersiaplah untuk segala konsekuensinya. namun apa yang terjadi? contohnya dengan berkembangnya pengguna facebook di indonesia belakangan malah santer tersiar di berbagai media bahwa facebook mengundang banyak marabahaya dan maksiat. ahh sungguh pendek pandangan itu, kenapa? karena pada dasarnya masyarakat indonesia sendiri yg masih belum mampu memaknai penggunaan tekhnologi. alih-alih meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penggunaa internet secara baik dan benar, atau lebih luasnya lagi mencerdaskan kehidupan bangsa, pemerintah dan beberapa lembaga malah menyudutkan facebook, bahkan ada beberapa lembaga yg menganggap facebook haram. ini artinya masyarakat kita memang belum siap mengahadapi berbagai perubahan besar.
jangan dianggap serius postingan saya yang satu ini, saya tidak sedang menjadi pemerhati, ini hanya pandangan saya, saya sendiri bingung kenapa jari-jari ini bergerak pada keyboard dengan membentuk rangkaian kata yang kalian baca sekarang.
Komunikasi menjadi hal berat masa ini. Terikat banyak hal. Komunikasi bukan lagi proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan. Komunikasi telah terinstitusi. Komunikasi telah bahkan telah menjadi komoditi. Setidaknya dalam pandangan saya.
Ahh.. Ini hanya random thought. Sebut saja begitu. Manusia begitu dahsyat. Berbagai tekhnologi perpanjangan indera lahir dr tangan manusia. Manusia begitu cerdas. Melahirkan banyak kemudahan. Tapi kenapa belum semua cerdas menggunakannya? ah kalo pertanyaan yg satu ini terlampau kompleks untuk dibahas. Rasanya tujuan tekhnologi dibuat sebagai perpanjangan indera telah bergeser maknanya. Teknhologi tak lagi bermakna kemudahan, tapi sebuah prestige, sebuah kepopuleran, sebuah keharusan, tak lagi berbasis pada kebutuhan.
Yaa.. Memang, tidak semua manusia yang saya sebut disini. Beberapa golongan yang setidaknya masuk pada pengamatan saya sebagai orang awam.
Ya sebut saja cliche, perkembangan dan perubahan (yg didalamnya termasuk tekhnologi) memiliki dua mata pisau. Tapi memang begitu adanya. Bagi saya gunakanlah hati untuk memilih. Tanyakan pada diri, apa yang sebenarnya saya butuhkan. Tidak saya pungkiri, saya sebagai pengguna tekhnologi baik itu tekhnologi komunikasi dan tekhnologi lainnya saya pun masih sangat tidak efektif memilih tekhnologi. tekhnologi komunikasi misalnya, saya ambil contoh blackberry, iya, di satu sisi memang itu adalah tren yang berkembang di masyarakat indonesia masa ini, tapi di satu sisi saya merasa itu adalah kebutuhan, dimana intensitas saya terhubung dengan layanan internet sangat sering. tapi... ada tapinya, dengan adanya benda satu itu, saya harus menyisihkan uang saya lebih untuk dapat menikmati fasilitas layanan blackberry internet service. saya mengeluarkan uang, dan saya memenuhi kebutuhan. poin yang ingin saya sampaikan adalah, ketika kita ada atau terjebak dalam sebuah perkembangan besar maka bersiaplah untuk segala konsekuensinya. namun apa yang terjadi? contohnya dengan berkembangnya pengguna facebook di indonesia belakangan malah santer tersiar di berbagai media bahwa facebook mengundang banyak marabahaya dan maksiat. ahh sungguh pendek pandangan itu, kenapa? karena pada dasarnya masyarakat indonesia sendiri yg masih belum mampu memaknai penggunaan tekhnologi. alih-alih meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penggunaa internet secara baik dan benar, atau lebih luasnya lagi mencerdaskan kehidupan bangsa, pemerintah dan beberapa lembaga malah menyudutkan facebook, bahkan ada beberapa lembaga yg menganggap facebook haram. ini artinya masyarakat kita memang belum siap mengahadapi berbagai perubahan besar.
jangan dianggap serius postingan saya yang satu ini, saya tidak sedang menjadi pemerhati, ini hanya pandangan saya, saya sendiri bingung kenapa jari-jari ini bergerak pada keyboard dengan membentuk rangkaian kata yang kalian baca sekarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar