sebuah bom waktu tengah ada di dada saya saat ini. terikat dengan kuatnya dan bahkan seolah terbenam ke dalam rongga dada.
bom waktu. ya.. begitu saya menyebutnya.awalnya saya berusaha menutup mata dan telinga. mengalihkan pikiran pada hal lain yang lebih dari sekedar luka bekas benaman bom waktu
tapi luka ini terlanjur lucut.surih demi surih seolah saling memintal semakin melukai dada.
tapi pada saya bisa marah? karena pada dasarnya yang menjadi teroris dan bertanggung jawab atas adanya bom waktu di dada saya adalah orang yg melahirkan saya kedunia.
orang yang telah menumbangkan DNA-nya pada saya. orang yang telah senantiasa membawa serta saya kemapanapun selama 9 bulan 10 hari.
saya begitu dekat dengannya ketika itu. ketika ia menunaikan kewajibannya sebagai manusia untum memenuhi kebutuhan makanan dan minuman saya pun ikut makan dan minum, ketika
ia tertidur saya pun ikut tertdur. ketika ia memasak, saya pun dapat mencium wangi masakannya dengan jelas. bahkan ketika ia tengah buang hajat, saya pun senantiasa berada bersamanya.
saya memikul amarah tak bertuan,ya.. entah harus kemana amarah ini saya alamatkan. pada kedua teroris itu? oh sungguh laknat jika saya melupakan kebersamaan yang begitu indah selama 9 bulan 10 hari. sungguh laknat saya jika saya murka pada orang yang darahnya mengalir derah ditubuh mungil saya.
tapi sungguh, surih demi surih ini rasanya begitu perih. tak sanggup saya menerima guratan tajam lain.
saya tau inilah hidup. hidup bukan hanya mengandung ciri Bergerak, Memerlukan Makanan dan Air, Bernapas, Mengalami Pertumbuhan, Berkembang Biak. betapa bodohnya saya masih tak tahu apa itu hidup. tapi sungguh, terlalu banyak benang kusut terpintal dalam pikiiran saya. sungguh saya tengah dalam perjalanan meluruskan setiap inci benang itu, tapi sungguh saya butuh bantuan.
maafkan saya tuhan, telah menuduh mereka sebagai teroris hidup.
maafkan saya tuhan, telah memelihara amarah tak bertuan ini.
maafkan saya tuhan, telah berkata tak sanggup menerima guratan tajam lain.
maafkan saya tuhan, telah begitu egois dan kikir pada sabar dan tawakal.
maafkan saya tuhan, telah berkata tak mampu berbuat apa-apa untuk bom waktu yang tertanam dalam di relung hidup.
maafkan saya...tuhan.
bom waktu. ya.. begitu saya menyebutnya.awalnya saya berusaha menutup mata dan telinga. mengalihkan pikiran pada hal lain yang lebih dari sekedar luka bekas benaman bom waktu
tapi luka ini terlanjur lucut.surih demi surih seolah saling memintal semakin melukai dada.
tapi pada saya bisa marah? karena pada dasarnya yang menjadi teroris dan bertanggung jawab atas adanya bom waktu di dada saya adalah orang yg melahirkan saya kedunia.
orang yang telah menumbangkan DNA-nya pada saya. orang yang telah senantiasa membawa serta saya kemapanapun selama 9 bulan 10 hari.
saya begitu dekat dengannya ketika itu. ketika ia menunaikan kewajibannya sebagai manusia untum memenuhi kebutuhan makanan dan minuman saya pun ikut makan dan minum, ketika
ia tertidur saya pun ikut tertdur. ketika ia memasak, saya pun dapat mencium wangi masakannya dengan jelas. bahkan ketika ia tengah buang hajat, saya pun senantiasa berada bersamanya.
saya memikul amarah tak bertuan,ya.. entah harus kemana amarah ini saya alamatkan. pada kedua teroris itu? oh sungguh laknat jika saya melupakan kebersamaan yang begitu indah selama 9 bulan 10 hari. sungguh laknat saya jika saya murka pada orang yang darahnya mengalir derah ditubuh mungil saya.
tapi sungguh, surih demi surih ini rasanya begitu perih. tak sanggup saya menerima guratan tajam lain.
saya tau inilah hidup. hidup bukan hanya mengandung ciri Bergerak, Memerlukan Makanan dan Air, Bernapas, Mengalami Pertumbuhan, Berkembang Biak. betapa bodohnya saya masih tak tahu apa itu hidup. tapi sungguh, terlalu banyak benang kusut terpintal dalam pikiiran saya. sungguh saya tengah dalam perjalanan meluruskan setiap inci benang itu, tapi sungguh saya butuh bantuan.
maafkan saya tuhan, telah menuduh mereka sebagai teroris hidup.
maafkan saya tuhan, telah memelihara amarah tak bertuan ini.
maafkan saya tuhan, telah berkata tak sanggup menerima guratan tajam lain.
maafkan saya tuhan, telah begitu egois dan kikir pada sabar dan tawakal.
maafkan saya tuhan, telah berkata tak mampu berbuat apa-apa untuk bom waktu yang tertanam dalam di relung hidup.
maafkan saya...tuhan.
gebooy,,aku link blognya yaak,,
BalasHapusnice post btw,,
hoho terimkasih teh ulaan
BalasHapusahahaa. cuma tulisan gini doang qo. :)
aku link juga ya blog teh ulan :